Perjalananku ke Samarinda kali ini cukup istimewa. Hal ini terjadi akibat keterlambatan maskapai, sebut saja
Bunga Airlines,
yang hampir mencapai 5 jam! Awalnya, keberangkatanku direncanakan pada
pukul 16.45 WIB, kemudian 3 jam sebelum keberangkatan, aku dikabari oleh
panitia, bahwa terjadi penundaan selama 3 jam, sehingga, aku berangkat
pada pukul 19.30 WIB. Setelah tiba di bandara, ternyata, penundaan ini
berlanjut hingga pukul 22.10 WIB!
Luar biasa ! kalau-lah pada saat itu tidak ada pertandingan Sea Games
antara Indonesia (U23) vs Kamboja yang berkesudahan dengan skor akhir
6-0 untuk Indonesia, maka tak terbayang apa yang akan terjadi di
bandara.
(Aku pernah terlambat parah, namun tidak lebih dari 3-4 jam oleh
maskapai Aum Airlines dan Angin Airlines –>kalau yang ini, udah
gulung tikar, Hehe..).
Inilah rekor pertama yang tercipta hari itu!
Di sudut lain, kericuhan sebenarnya sudah mulai terjadi, karena
ketiadaan crew penerbang yang akan menghantarkan para penumpang ke
Banjarmasin. Sampai aku meninggalkan Adisucipto, tak ada kabar tentang
nasib mereka. Padahal malam sudah terlalu larut untuk menerbangkan
pesawat.
Tiba di pesawat yang akan menerbangkanku,
crew awak kabin
menjelaskan keterlambatan yang disebabkan faktor cuaca. Begitu
sederhana! Menarik sekali…mungkin benar, namun, saat banyak kulihat
hilir mudik pesawat yang mendarat, sepertinya ini bukan alasan yang
tepat. TERLALU!
Aku tiba di Balikpapan pukul 01.00 WITA.
Setelah rekor telat,
kini aku kembali membukukan rekor baru lainnya, ke sebuah acara yang
harus kuisi pada waktu dini hari hingga pagi hari, MANTAP! Aku harus kembali bersyukur karena dilayani dengan sangat baik oleh panitia.
Setelah menjemputku, kendaraan yang kami tumpangi tak langsung
meluncur ke Samarinda, karena ternyata harus menjemput salah satu
pengisi acara juga, yakni Saudara Gilang Ramadhan, yang tak lain
pengajar muda dari Indonesia Mengajar Gelombang 1, yang bertugas di
Tanjung Aru, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Beliau sudah menuntaskan
tugasnya selama setahun dan sebelum kembali ke Jakarta, ia menemani
sang ayah yang memang sejak awal menetap di Balikpapan. Sang ibu dan
kakak merintis usaha kue di Solo, sebagai bekal keluarga, bila sang ayah
pensiun.
(Rencananya, bila sang ayah pensiun, seluruh keluarga Gilang akan
menetap di Solo. Blogger harus tahu, bahwa keluarga Gilang memang
terkenal dengan kehandalan memasaknya. Jangan heran, bila dalam waktu
yang tidak terlalu lama, usahanya keluarganya akan menggoyang lidah
negeri ini. Dont miss it, guys..)
Berikutnya, kami bersepakat untuk beristirahat sejenak
sambil menghangatkan tubuh, karena suhu dan angin malam yang semakin tak
ramah. Perutku pun juga keroncongan. Sup daging yang menemani selama
menunggu keterlambatan tadi sudah habis dilumat para predator yang
bersemayam di lambungku. Jadilah, memesan Bihun Goreng kupikir solusi
terbaik. Mungkin karena terlalu lapar, hidangan itu terasa lezat
sekali..Alhamdulillah yaa…
Panitia yang menemani pun tak mau kalah, karena turut serta bersama dan menikmati porsi yang lebih besar ternyata. Hehe..
Tuntas menyantap hidangan agak berat itu, kami pun langsung meluncur
melintasi jalan utama yang menghubungkan antara Balikpapan-Samarinda.
Perjalanan menghabiskan waktu sekitar 2 jam.
Akhirnya, tiba di Samarinda sekitar pukul 04.30 WITA. Adzan Shubuh
pun sepertinya sudah tak sabar bersahutan menyambut kami berempat. Yup,
selain aku dan gilang, ada Indra dan “Sang Driver”.
Sang Driver ini sengaja disembunyikan identitasnya, karena berhasil
membuat kami tetap terjaga. Hehe..Sepanjang perjalanan, kami dihibur
dengan lantunan nasyid dan DANGDUT elegan miliknya. Dari Sami Yusuf,
Maher Zain hingga Ikke Nurjannah hadir, KEREN!
Aku tak pernah menyangka, di balik kepolosannya, tersimpan SESUATU, hehe..
sesekali ia bernyanyi (tanpa sadar) dan dia begitu fasih melantunkannya.
(Fikirku..ini dilakoninya untuk mengusir rasa kantuk akibat ‘kelebihan
muatan’ saat sebelum berangkat tadi). Kami pun tak tahan untuk tidak
tertawa bersama. Beberapa kali lubang di tengah jalan berhasil
dihajarnya, sehingga kembali menyadarkan kami. Belum lagi kondisi
jalanan yang dipenuhi truk-truk gandeng berbadan lebar.Tidak jarang,
efeknya kami harus menyingkir ke pinggir hutan atau semak karena
truk-truk ini hampir melebihi separuh badan jalan, seorang Schumacher
pun, belum tentu lolos tes ini, di malam hari pula! *mulai lebay mode
on..hehe..*
Sebelum
menutup rangkaian perjalanan, kami menyempatkan diri untuk
bersilaturahim ke Mesjid Islamic Center di tengah Sungai Mahakam untuk
menunaikan Shubuh Berjama’ah.
Konon, inilah Mesjid Islamic Center terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Istiqlal. Selama empat kali berkunjung ke Samarinda, baru pertama kali inilah aku shalat berjama’ah di tempat ini.
Yaa..aku punya kebiasaan mengunjungi Mesjid Agung atau Mesjid Raya di
setiap kota yang baru pertama kali kukunjungi, selain toko buku dan
kidz station tentunya.
Setelah selesai shalat, kami pun meluncur ke
Guest House dan dimulai-lah petualangan istirahatku yang SESAAT.
(Panitia menyediakan sebuah kamar
Guest House di dekat
kampus. Alhamdulillah…di kamar itu terdapat dua buah bantal..(sama
seperti sebelumnya juga, ketika aku diundang sebuah acara. tapi, ini
beda, karena Indra-panitia, semakin menguatkan kritik yang dihadiahkan
untukku setiap mengisi acara di daerah,yakni… lain kali, bawa istri yaa
Mas. Hehe..ampuun!! Bener juga sih..#ea #prikitiew #ihir #cuit2..cukup!
hehe…)
Aku istirahat hanya sekitar 1,5 jam ditambah 1 jam di pesawat, jadi
2,5 jam. Detailnya, jam 07.30 bangun dan bersiap, pukul 08.00-08.30
sarapan, dan dilanjutkan ke lokasi acara, karena dimulai pukul 09.00
WITA. *Hosh..Hosh..*
Alhamdulillah, acara berlangsung lancar dan hangat karena luar
biasanya antusiasme peserta. Rektor pun turut membuka rangkaian panjang
acara ini, dari tanggal 8-13 November 2011. Selain Aku dan Gilang,
pengisi acara lainnya adalah Eva. Ia adalah pemilik “Markas Burger” dan
masih tercatat sebagai mahasiswa UNMUL jurusan Bahasa dan Seni angkatan
2007. Outlet burgernya kini ada 9 buah dan tersebar di wilayah
Kalimantan Timur. Dahsyat!
Dari BEM UNMUL, ada Baqi Pradana. Ia adalah Wakil Presiden Mahasiswa
BEM UNMUL sekaligus Juara 2 Mapres UNMUL. Ia juga tercatat sebagai
mahasiswa jurusan Teknik Industri 2007. Keberhasilan sebagai juara 2
Mapres, karena karya tulisnya yang menceritakan soal revitalisasi
perpustakaan di UNMUL.
Talkshow ini dipandu secara atraktif oleh Nichita, mahasiswa Jurusan
Komunikasi UNMUL Angkt. 2007, yang juga berprofesi sebagai penyiar radio
dan pegiat teater mahasiswa. Beberapa kali pertanyaan2nya, membuatku
galau..hehe..
Selain talkshow, ada beragam kegiatan lainnya, seperti seminar, bedah
buku, debat ilmiah, perlombaan fotografi, hingga aksi sosial seperti
donor darah. Gelaran acara ini merupakan yang pertama kalinya sekaligus
menutup rangkaian kegiatan menjelang berakhirnya kepengurusan BEM
Universitas Mulawarman.
Setelah
selesai acara aku berkesempatan bersilaturahim intens dengan peserta,
Ali Wardana (sahabat dekatku-dulu Presma BEM UNMUL periode 2008/2009)
dan Rektor Universitas Mulawarman, Prof. Zamruddin Hasid dan Wakil
Rektor Kemahasiswaan, Prof. Helminuddin di kantornya. Begitu hangat dan
menarik, karena diskusi yang dilakukan menyoal isu-isu aktual dan
aktivitas kami selama ini.
Rekor berikutnya, yakni, inilah
pertama kali, ketika aku mengisi acara kemahasiswaan di daerah, langsung
rektor yang membuka dan menyambut tamunya. SIP!
Jam 14.40, aku dan gilang harus meninggalkan Universitas Mulawarman
untuk melanjutkan perjalanan berikutnya menuju Balikpapan. Untukku,
petualangan ini belum selesai, karena esok paginya (09/10/2011), sudah
harus berada di Fakultas Hukum UNS untuk mengisi materi terkait Public
Speaking.
Rekor terakhir yang kubukukan adalah, perjalanan ini merupakan yang
kedua kalinya dalam setahun ke Samarinda-Solo, sebelumnya sempat juga
kutuliskan dalam blog ini sekitar awal Juni kemarin, dengan Judul :
“Yuk, Berprestasi #2″ (Cekidot aja Mas Bro and Mbak Sis).
Kalau kemarin jedanya sepekan, yang ini hanya SEHARI!
Terima kasih khususnya kepada Dimas Prasetya (Presma BEM Unmul) dan
rekan-rekan panitia yang sudah memberikan kesempatan. Semoga bermanfaat
dan kita bisa bertemu kembali dalam medan kontribusi yang lebih hebat
lagi. Aamiin.
Just info :
1. Mengapa pesawat tidak turun langsung ke Samarinda dan
harus turun ke Balikpapan? Yup, memang ini kritik untuk Samarinda yang
diberi amanah sebagai ibukota provinsi, karena belum memiliki bandara
yang cukup representatif. Bandara Temindung yang dimiliki Samarinda,
hanya mampu melayani pesawar-pesawat perintis. Sampai saat ini sedang
diupayakan dibangun bandara baru Sungai Siring, namun terkendala dan
akhirnya tak kunjung tuntas.
2. Oh iya, poros jalan tersebut merupakan satu-satunya jalur yang
menghubungkan kedua kota terpenting di Kalimantan Timur ini. Karena
jalan tol yang rencananya akan dibangun belum selesai. Proyek ini memang
baru direncanakan dan akan segera dituntaskan. Hal ini cukup mendesak
karena seringkali bila terjadi kecelakaan, maka antrian kendaraan
panjang tak dapat dihindari.