Sabtu, Maret 17, 2012

Bupati DEMAK kini telah berpulang

Bupati Demak Drs H Tafta Zani MM : Jangan Lupa Sejarah

MUSEUM Masjid Agung Demak memang baru beberapa bulan dibuka. Namun, manfaat dari keberadaannya sudah cukup bisa dirasakan. Misalnya, museum yang berada di sisi utara bangunan masjid peninggalan Walisanga itu mampu mendongkrak jumlah wisatawan sehingga berdampak pada penghasilan para pelaku usaha di sekitar taman parkir.
 Lebih dari itu, keberadaan museum MAD juga bermanfaat mendukung kepentingan edukasi. Menurut Bupati H Tafta Zani, kepentingan edukasi serta melestarikan aset bersejarah inilah yang mendasari dilakukannya pembangunan museum. Maka itu pula, Pemkab Demak tak merasa berat mengucurkan dana bantuan yang nilainya mencapai ratusan juta. 
“Kita berfikir bahwa pemerintah memang harus peduli dengan kelestarian benda-benda bersejarah peninggalan para wali. Apalagi jika itu juga mendukung kepentingan edukasi. Makanya, kita rela mengeluarkan anggaran besar. Kita ingin, generasi Demak ke depan tak lupa akan sejarah,” kata Tafta.
Lanjut dia, generasi yang tak melupakan sejarah akan menjadikan negara ini lebih bermartabat. Pasalnya, generasi demikian tak akan pernah memaksakan kehendak pribadinya, sebagaimana dicontohkan Walisanga yang saat menyebarkan Agama Islam lebih mengedepankan pendekatan budaya. 
“Apa yang dilakukan Walisanga dulu sangatlah bermartabat. Beliau-beliau mampu menyebarkan Islam dengan cara damai, meski saat itu pengaruh Hindu masih kental. Bahkan, perjuangan beliau juga telah menjadikan Demak Bintoro sebagai kasultanan yang disegani. Kitapun patut menjadikan beliau sebagai suri tauladan. Dan semangat beliau yang selalu berlandaskan pada norma juga agama wajib kita adopsi untuk lebih memajukan Kota Wali,” ujar Tafta.
Pria kelahiran 9 Januari 1953 ini mengaku bersyukur lantaran hingga kini masih ada sejumlah peninggalan walisanga yang sekaligus menjadi bukti kejayaan Demak di masa lampau. Ia pun merasa bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian peninggalan yang tersisa. Karenanya, ia termasuk orang yang paling bersemangat mewujudkan keberadaan museum.
Melibatkan Pakar Sejarah dan Arkeolog
“Sebenarnya, pembangunan museum sudah kita rencanakan sejak tahun 2009. Namun saat itu pembangunan tidak bisa serta merta dilakukan karena terlebih dulu harus melalui berbagai kajian yang melibatkan takmir masjid, BKM, BP3 (Balai Penelitian & Pengembangan Purbakala) Jateng, pakar arkeolog UGM, serta Pemkab Demak,” ungkapnya.
Ayah dari Kurniawan Hidayat, Taufiq Hutomo Nugroho, dan Iqbal Nasrullah Hanugrahanto ini mengatakan, kajian para pakar arkeolog dari UGM dan BPPP Jateng baik menyangkut aspek estetika, historis maupun sosial, diperlukan agar pembangunan museum tidak menimbulkan polemik.
“Membangun tempat bersejarah memang tidak bisa sembarangan. Makanya, berbagai pihak kita libatkan sejak awal terutama untuk merencanakan teknis pembangunannya, serta mengkaji berbagai dampak yang dimungkinkan muncul. Misalnya agar aset sejarah yang tak ternilai harganya itu dapat aman tersimpan, maka perencanaannya harus memperhatikan faktor kelembaban dan intensitas cahaya. Dalam merencanakan itu semua juga tidak boleh mengesampingkan nilai-nilai sejarah,” terang swami Hj Hermini ini.
Tafta menambahkan, Museum MAD sekaligus mengakomodasi sejumlah kalangan yang menginginkan benda-benda bersejarah peninggalan Walisanga ditempatkan secara terhormat. Saka (tiang/pilar) buatan Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati yang dulu diletakkan tergeletak, kini sudah diberdirikan.
“Sungguh patut disyukuri bahwasanya kita sudah memiliki tempat untuk menyimpan benda-benda bersejarah yang merupakan bukti kejayaan Demak di masa lampau. Karena itu saya minta seluruh pengunjung khususnya warga Demak untuk bersama-sama menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan museum,” pungkas Tafta. (Anang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar